Replanting, Langkah Penyelamatan Petani Sawit dan Karet

Muaraenim, Kabarserasan.com–Kabupaten Muara Enim merupakan salah satu daerah yang memiliki tanah subur dan banyak bertumbuh aneka tanaman, dua diantaranya karet dan sawit. Sayangnya, potensi hulu itu tak diimbangi sektor hilir.

Sampai kini, karet dan sawit hasil perkebunan Kabupaten Muara Enim, dijual mentah ke luar daerah untuk diproses menjadi produk hilir di pabrik-pabrik olahan karet yang berada di daerah lain.

Pemerintah Kabupaten Muara Enim sendiri, menurut Kepala Dinas Perkebunan, Ir Mat Kasrun MSi, terus memperjuangkan hadirnya pabrik-pabrik olahan karet mentah dari petani lokal, agar memiliki nilai tambah dan menaikkan pendapatan petani.

Karena, terpuruknya harga karet—dan juga sawit akibat pengaruh di pasar dunia saat ini, membuat banyak petani karet dan sawit kehidupannya sangat susah. Bahkan tak sedikit petani beralih ke profesi, atau menanam tanaman lain, untuk menyambung kehiduannya.

“Kepada petani kami anjurkan menanam tanaman “sela” sebagai tambahan pendapatan. Dan untuk efisiensi pengeluaran kami arahkan agar pemasaran bokar (bahan olahan karet) dijual secara terorganisir dengan bergabung ke unit pengolahan dan pemasaran bokar (UPPB). Sembari itu, kami terus melakukan replanting (peremajaan) pohon sawit milik petani plasma,” kata Mat Kasrun.

Informasi Terkait: Harga Sawit Terus Merosot, Petani Menjerit

Menurut Mat Kasrun, produksi karet dan sawit di Kabupaten Muara Enim cukup memadai untuk mendukung industri hilirisasi berbasis karet dan sawit. Pasokan bahan baku cukup untuk memenuhi kebutuhan pabrik.

Berdasarkan data statistik perkebunan Kabupaten Muara Enim Semester II, dengan luas lahan 148, 377 hektare,.produksi rata-rata karet tanaman di daerah ini sebesar 167.655, 21 Tin dan produktivitas 1.177, 70 kg/ha (standar produktivitas nasional 1.500 kg/ha. Sedangkan psawit, dengan luas lahan 19.447 hektare, roduksi rata-rata komoditi ini sebesar 101.693, 37 ton dan produktivitas 326,5 kg/ha (standar produktivitas nasional 360 kg/ha).

“Jadi kalau kami selaku Pemerintah Daerah Kabupaten Muara Enim, sudah siap untuk hadirnya investor. Selain pasokan produksi bahan mentah yang cukup, lahan untuk itu juga sudah kita siapkan, di lokasi yang sesuai dengan pemetaan potensi dan sarana pendukung yang kita miliki,” tegas Kasrun

Namun demikian, Kasrun menyadari, untuk hadirnya industri hilir dari dua komiditi ini di Kabupaten Muara Enim, masih terkendala beberapa hal, salah satunya adalah harga jual di pasar dunia masih lebih tinggi di banding harga dalam negeri. Akibatnya, mayoritas hasil perkebunan dari kedua komoditi ini diekspor dalam bentuk bahan mentah. Tentu saja itu mempengaruhi tingkat ketersediaan, untuk industri domestic.

Kendala lain menyangkut mutu produksi dan pengolahan, belum mampu bersaing di pasar, hal itu makin dipersulit oleh ketatnya persaingan di negara tujuan eksport dan di dalam negeri dengan produk impor. Faktor lain, terkait sumber daya manusia di bidang industri hilir karet dan kelapa sawit ini, masih belum mumpuni, minat pelaku usaha domestik di bidang ini masih belum tinggi.

Ke depan, Kasrun berharap saat penyusunan RPIK (Rencana Pembangunan lndustri Kabupaten) Muara Enim, hal ini dibahas secara mendalam dan diatur strategi dan program secara tepat sehingga pengembangan industri hilir dapat diwujudkan, karena akan sangat membantu kehidupan para petani.

Sambil menunggu perkembangan itu, dan berharap harga karet dan sawit kembali normal, Disbun Kabupaten Muara Enim terus melakukan program replanting. Menurut Kasrun, di tahun 2018 ini pihaknya banyak melakukan repalnting sawit, dan hingga tutup tahun ini, Disbun Muara Enim manargetkan replanting seluas 4.360 hektare, tersebar di empat kecamatan, yakni Kecamatan Muara Enim, Gunung Megang, Rambang Dangku dan Rambang.

Alasan dilakukan di empat kecamatan tersebut, lanjut Kasrun, selain lahan yang tersedia sudah berstatus hak milik bersertifikat, pengusulanpara petani juga dilakukan melalui koperasi dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang masih aktif, sebagai syarat mendapatkan bantuan dana hibah replanting kelapa sawit dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

“Program ini sudah berjalan. Di Kecamatan Gunung Megang, melalui Koperasi Bina Sejahtera seluas 200 hektare di Desa Fajar lndah dansaat ini kegiatannya sudah masuk tahap pengetolaan lahan bajak dan selanjutnya siap tanam. Sedangkan untuk kecamatan lainnya baru sampai pendataan CPCL (Calon Petani Calon Lokasi), pengumpulan berkas persyaratan (KTP, Sertifikat) dan pengambilan titik koordinat,” kata Kasrun, kepada Kabarserasan, baru-baru ini.

Dalam pelaksanaan program replanting ini, setiap petani diberikan bantuan modal dari BPDPKS, masing-masing sebesar Rp.25.juta per hektar, untuk kekurangannya petani bisa mencari dari sumber lain, salah satunya disarankan bermitra dengan perbankan, yang besar dananya tergantung RAB (Rancangan Anggaran Biaya) yang diajukan.

“Kami dari Disbun Kabupaten Muara Enim telah memfasilitasi kelompok tani untuk menjalin kerjasama dengan bank, koperasi dan PTPN VII. Bank sebagai penyandang dana, Koperasi sebagai wadah, PTPN VII sebagai optiker (pengambil hasil),” ujar Kasrun lagi. (Jun/amr)

Advertisement

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here