Politik Kotor, Lagi Jahat

Kini, di tahun politik, kita disuguhi banyak prilaku destruktif oleh mereka yang menceburkan diri dalam hiruk pikuk politik, khususnya jelang pemilihan presiden (Pilpres) sekarang ini. Prilaku itu sangat jauh dari kata baik dan mendidik.

Saling mencaci, saling memfitnah, dan menebar kebencian, hanya karena berbeda pilihan. Kita dipertontonkan cara berpolitik yang tak berlebihan jika disebut kotor, lagi jahat

Sampai kapan kita akan terus terjebak oleh situasi saling membenci, yang anehnya kebencian itu diagungkan dan ditularkan dengan kebanggaan kepada orang lain?. Sampai kapan kita mudah mencaci dan merasa lebih baik dari orang lain yang kita caci?

Dan, ironi sekali saat setelahnya, mereka di rumah berkata bijak kepada anak-anak mereka “Nak, mencaci dan membenci itu tidak baik. Maka jangan mencaci dan membenci orang lain, ya”.

Kita memang sering terjebak oleh situasi buta, yang hanya memberi kesan kepada orang lain bahwa nalar sehat kita memang tidak bekerja baik. Ambil contoh dalam berpolitik kekinian. Seakan di panggung Pilpres hanya ada dua tokoh, Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto. Lalu, jika tak suka Jokowi, pasti suka Prabowo. Atau sebaliknya, jika marah Jokowi dicaci, pastilah bukan pendukung Prabowo. Padahal, belum tentu demikian, kan?

Tapi itulah yang kini tertanam di kebanyakan benak masyarakat kita. Terdikotomi, dan terpolarisasi sedemikian rupa. Kita tanpa sadar, menjadi bagian dari situasi runyam itu.

Tak ada lagikah ruang bsgi posisi netral, di tengah dan independen? Tak ada lagikah manusia di neferi ini yang terbebas dari polarisasi kubu-kubuan itu? Sehingga jika ada orang menjauhi politik maka orang itu dianggap tak gaul? Jika tak suka mencaci maki maka orang itu akan disebut pengecut? Atau dengan istilah mereka-mereka yang kini merasa pandai berpolitik, jika seseorang bukan “Cebong” pastilah ia “Kampret”? Sangat memprihatinkan.

Dengarlah, orang-orang yang kini rajin mencaci, mereka bukan lagi dari kalangan tak beradab. Lihatlah, mereka yang kini kerap menebar fitnah dan memprovokasi, bukan lagi dari kelompok tak mengerti agama.

Dan coba perhatikan dengan seksama, mereka yang hanya diam dan membiarkan semua itu terjadi, bukan dari mereka yang tak tinggi pendidikannya dan rendah pemahaman agamanya. Tapi inilah realita di sekitar kita. Dan maaf, menghadapi situasi ini saya hanya bisa geleng-geleng kepala

Advertisement

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here