Salah satu perusahaan yang tetap bertahan dalam kondisi ini adalah, perusahaan tambang batubara platmerah PT Bukit Asam (persero) Tbk (PTBA). Tak hanya mampu bertahan PTBA bahkan tetap meraih laba yang signifikan.
Direktur Utama PTBA, Milawarma mengatakan, jika hendak bertahan dikondisi seperti seluruh elemen perseroan harus tetap menjaga kekompakan dan kebersamaan. Selain itu, menurut Mila, PTBA harus terus melakukan inovasi, efisiensi serta tetap menjaga kedisiplinan. Apalagi saat ini, PTBA Holding sudah mempunyai 12 anak perusahaan dan 11 cucu perusahaan yang harus siap menghadapi tantangan dan ancaman usaha.
“Perusahaan pertambangan yang mampu bertahan hanya yang bisa melakukan efisiensi untuk menekan biaya produksinya dan berinovasi,” kata Milawarma dalam sambutannya pada malam puncak HUT PTBA ke-35 di GOR PTBA, Rabu (2/03/2016 malam.
Terkait efiesiensi ini, Mila mengungkapkan seluruh bisnis unit serta sub holding maupun anak perusahaan telah berhasil meningkatkan efisiensi dan menurunkan biaya produksi sebesar 10 persen dari biaya tahun 2014 yaitu dari Rp 394.784 ton menjadi Rp 356.866 ton.
Dalam hal pengelolaan keuangan, Bloomberg menyebutkan jika PTBA sebagai pertambangan batubara dengan Tingkat Perolehan Laba Bersih (Net Profit Margin/NPM) tertinggi secara nasional pada tahun 2015.
Sementera Reuter menempatkan PTBA dalam 10 besar industri pertambangan terkemuka dunia dalam perolehan NPM-nya. Sedangkan dibidang pengelolaan lingkungan, sosial dan Tata Kelola dari hasil kajian Morgan Stanley International Capital dari Amerika Serikat menempatkan PTBA sebagai salah sati dari tiga industri pertambangan dunia yang mendapat peringkat A.
“Di dalam negeri, kita tiga kali berturut-turut mendapatkan penghargaan Proper Emas, yang berarti PTBA dalam pengelolaan lingkungan sudah melebihi aturan-aturan yang ditetapkan oleh pemerintah,” tutup Milawarma.
Penulis   : Khairul Amri
Editor    : Amr
Â
Â
Â
