Jambi, Kabarserasan.com—Meski perkembangan Bank Syariah maju pesat di Indonesia, namun kenyataannya pemerintah dinilai masih setengah hati memberikan dukungannya.
Demikian hal yang mengemuka, pada seminar “Perjalanan Perbankan Syariah di Indonesia dan Kajian Penggunaan Bilyet Giro Cek di Masyarakat, yang berlangsung di Kota Jambi Selasa (13/12/2016) siang.
Dalam pandangan Ali Sakti, Manager Bank Indonesia yang menjadi pembicara, bahwa menabung di bank syariah sangat menguntungkan nasabahnya karena lebih transparan dari bank konvensional.
“Skema bank syariah jauh lebih transparan, marginnya tidak ada yang tidak disepakati. Bandingkan dengan menabung di bank konvensional, marginnya ditentukan pihak bank tanpa pemberitahuan nasabahnya,” ujarnya.
Untuk meningkatkan jumlah nasabah di bank syariah, perlu dukungan dari pemerintah.
Menurut Ali, dukungan tersebut bisa dimulai dari tidak adanya intensif dari pajak atau pemerataan pajak yang rendah dan berupa bagi hasil.
“Dibukanya kesempatan penerimaan gaji bagi PNS lewat bank syariah. Karena selama ini masih menggunakan bank konvensional, padahal di Bank Pembangunan Daerah (BPD) sudah ada bank syariahnya,” tutur Ali.
Akan lebih membantu lagi, sambungnya, para pegawai negeri di universitas dan dinas lain diperkenankan menyimpan uangnya di bank syariah.
Diakui Ali, masih kurangnya sosialisasi pihak bank syariah dilingkungan masyarakat, meski di bank syariah sudah terdapat pelayanan bank syariah.
“Pelayanan produk-produk bank syariah saat ini masih belum maksimal ke telinga masyarakat, karena itu perlu adanya seminar-seminar dan sosialisasi di tengah masyarakat,” katanya.
Saat ini nasabah bank syariah masih 18 juta atau 5-6 persen, padahal umat muslim di Indonesia adalah yang terbesar. Sementara jumlah BPRS sudah mencapai 160 unit di Indonesia, Bank Umum Syariah ada 12 dan Bank Unit Syariah terdapat 20 unit. (azi)
