Bogor, Kabarserasan.com—Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan, perekonomian dunia saat ini dalam kondisi mengerikan karena pertumbuhan ekonomi yang melemah, yang dibarengi peningkatan inflasi yang memicu harga sejumlah barang meningkat. 66 negara ekonominya ambruk, Sembilan di antaranya dalam posisi kritis.
Berbicara ketika membuka acara Silaturahmi Nasional Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) Tahun 2022, di kawasan Sentul, Bogor Jawa Barat, Jumat (05/08/2022), Jokowi menjelaskan,berdasarkan informasi yang ia dapat saat bertemu para pemimpin dunia, seperti Sekjen PBB Antonio Guterres dan sejumlah kepala negara dan pimpinan lembaga internasional di Forum G7, diprediksi kondisi ekonomi dunia yang sulit sekarang ini akan semakin sulit di tahun 2023.
“Beliau-beliau menyampaikan bahwa tahun ini kita akan sangat sulit, terus saya tanya tahun depan seperti apa? Tahun depan akan gelap. Ini bukan Indonesia, ini dunia, hati-hati, bukan Indonesia, yang saya bicarakan tadi dunia,” ujar Jokowi.
Mengutip penjelasan Sekjen PBB dan IMF, Presiden Jokowi mengatakan bahwa saat ini ada 66 negara yang akan ambruk ekonominya. Ambruknya perekonomian negara-negara tersebut tidak langsung bersamaan, tapi bertahap. Dari 66 negara itu Sembilan negara sudah dalam kondisi sulit, dan setelah itu menyusul 25 negara, lalu 42 negara. Saat ini, lanjut presiden, ratusan juta orang di dunia kelaparan.
“Mereka detil mengkalkulasi, apa yang dikhawatirkan betul-betul kita lihat dan sekarang ini 320 juta orang di dunia sudah berada pada posisi menderita kelaparan akut dan sebagian sudah kelaparan,” tambah presiden.
Singapura, Eropa, Australia, Amerika, semuanya termasuk dalam kelompok negara yang melemah ekonominya. “Amerika yang biasanya kenaikan barang ha nya berkisar 1 persen, hari ini di posisi 9,1 persen. Bensin naik dua kali lipat. Eropa juga sama.
Pemerintah Indonesia juga sudah menaikkan harga Pertalite Rp.7,.650 atau 10 persen dari harga semula. Padahal dengan kondisi saat ini seyogyanya kenaikan bahan bakar ini menjadi Rp.17.100, tapi pemerintah Indonesia memilih mensubsidinya, sehingga beban rakyat tidak terlalu berat, meski untuk itu pemerintah mengalokasikan dana subsidi BBM sebesar Rp 502 triliun
“Naik 10 persen saja demonya, saya ingat sampai tiga bulan. Kalau naiknya sampai 100 persen demonya entah akan berapa bulan. Inilah yang sekarang dikendalikan pemerintah dengan subsidi. Karena begitu harga BBM naik, akan mendongkrak harga semua kebutuhan pokok,” jelas Presiden Jokowi (fir)