Rahma, Sempat Jatuh Bangun Menuju Sukses Sebagai Petani Jamur Tiram

Rahmawati, di tempat usaha jamur tiram yang dikelolanya bersama suami

Muaraenim, Kabarserasan.com—Kecintaan Rahmawati pada jamur tiram ibarat kata, sudah harga mati. Bagi warga Tanjung Enim Kecamatan Lawang Kidul Kabupaten Muara Enim ini, jamur tiram sudah menjadi bagian dari hidupnya, dan seperti lirik lagu, “Tak Bisa Ke Lain Hati”

Ia sempat jatuh bangun dalam menjadikan jamur tiram ini sebagai lahan usahanya, namun dengan ketekunan dan keuletan, ia berhasil bangkit dan kini mulai merasakan hasil dari kesungguhannya tersebut. Terlebih sejak ia mendapat binaan dan bantuan permodalan dari PT Bukit Asam Tbk (PTBA), sebuah perusahaan milik negara yang memusatkan usaha penambangan batu bara di wilayah tempat tinggalnya.

Awal mendapat binaan PTBA ketika Rahma—panggilan akrabnya, ketika ia bersama beberapa warga lain menjadi mengolah pupuk bokasi. Dari sana ia mendapat informasi ada pelatihan budidaya jamur tiram, yang dilaksanakan PTBA melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), bekerja sama dengan Pemerintah Kecamatan Lawang Kidul.

Berbekal ilmu dan keterampilan yang ia dapat dari pelatihan, dan modal patungan bersama beberapa temannya, Rahma kemudian langsung memutuskan untuk menjadikan jamur tiram sebagai tumpuan usaha bagi keluarganya. Memanfaatkan lahan di sekitar rumah, ia bisa memanen jamur sebanyak 500 baglog (media tanam) hingga mencapai 3 ribu baglog.

Rahma menjelaskan, dari penanaman hingga penjualan memakan waktu lebih kurang 3-4 bulan dan soal biaya, setelah dipotong biaya air dan listrik bisa dapat Rp 6 juta per 10 hari panen. Sangat prospektif.

Jamur Tiram hasil budi daya

Kelangsungan usaha ia dan teman-temannya ini beberapa waktu lalu sempat terganggu bahkan kemudian terhenti, sebelum kemudian berlanjut lagi di tahun 2017, dengan modal sendiri dan mendapatkan omset mencapai Rp 8 juta per bulan. Karena modalnya sulit untuk pengembangan, ia kemudian mengajukan permohonan bantuan permodalan ke PTBA dan akhirnya keinginannya dipenuhi. Hingga tahun 2019 ia telah mendapat bantuan modal dari program CSR perusahaan itu sebesar Rp 35 juta dan bisa membuat 15 ribu baglog.

Baca Juga Inspirasi Lain:
Budidaya Ikan Tawar Mengubah Nasib Warga Tanjung Agung Ini
Kisah Sukses Petani Nanas di Suban Baru
Namun tuhan kembali mengujinya. Saat usahanya kembali bangkit di tahun 2019 itu, ia ditimpa musibah, anaknya yang sakit dan dirawat di salah satu rumah sakit di Kota Palembang, meninggal dunia, dan membuat Rahma, kehilangan semangat hidup.

“Rasanya saya seperti mau mati saja dan tidak ada rasa untuk kembali hidup didunia setelah ditinggal Putri, apalagi untuk kembali menggeluti usaha jamur, padahal hasil panen sedang tumbuh banyak. Bisa dikatakan saat itu, saya berhenti total di usaha jamur. Kerja serabutan pun mulai dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, terlebih ditambah suami tidak bekerja dan mulai masuk masa pandemi Covid-19. Rasanya sangat malu bila berjumpa dengan orang-orang CSR PTBA, karena masih ada angsuran yang belum lunas di PTBA,” ujarnya.

Hingga akhirnya ia kembali kedatangan Tim CSR PTBA untuk melihat perkembangan usahanya yang macet. Dengan bimbingan dan bantuan permodalan tambahan dari CSR PTBA, ia kembali bangkit dari keterpurukan dan melanjutkan usaha jamur tiramnya sejak awal Januari 2021, berkat bantuan dana hibah dari perusahaan itu sebesar Rp 15 juta.

Karena itu Rahma sangat berterima kasih dengan PTBA yang telah memberikan banyak bantuan, tidak saja permodalan tapi juga bimbingan dan semangat baginya dalam menekuni usaha ini. “Bantuan itu sangat berarti kami saya dan keluarga. Bulan Juni 2021 kemarin kami panen perdana sebanyak 5 ribu baglog, alhamdulillah,” ucap syukur wanita ini (Kiki)

Advertisement

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here