Muara Enim, Kabarserasan.com — Cara Polres Muara Enim memperlakukan pengunjuk rasa mungkin bisa djadikan contoh. Tetap melakukan protokol pengaman sesuai SOP (standar operating procedur), mereka juga lakukan cara pendekan sederhana.
Hasilnya? Alih-alih melakukan aksi anarkis, ratusan pengunjuk rasa dan anggota Polres Muara Enim malah terlihat akrab.
Terik matahari tak membuat ratusan buruh yang sedang menunggu hasil pertemuan perwakilan mereka dengan anggota dewan menjadi brutal. Mereka tampak adem ayem.
Bagaimana tidak, selagi menunggu, dua gerobak es cendol dan satu gerobak penjual tekwan menemani mereka saat menunggu. Cendol dan Tekwan boleh disikat sepuasnya tanpa harus membayar alias gratis. Alhasil, sekitar 400 porsi es cendol dan 200 porsi tekwan ludes tak tersisa.
Lalu siapa yang membayar es cendol dan tekwan tersebut?
Ternyata ide cendol dan tekwan gratis tersebut berasal dari Polres Muara Enim yang biasa sebut warung mang Pedeka. (PDK= Polisi Dulur Kito)
Kapolres Muara Enim AKBP Donni Eka Saputra dan Dandim 0404 Muara Enim Erwin Iswari juga terlihat mengantri untuk menikmati es cendol bersama para buruh.
Dedi salah seorang buruh menyatakan rasa terima kasih kepada pihak keamanan yang mengamankan jalan aksi unjuk rasa buruh.
” Dengan cara seperti ini, pendekatan yang humanis membuat kita merasa dihargai. Kami melakukan aksi untuk menuntut hak-hak kami. Kami apresiasi cara pengamanan aksi kami ini. Dan terima kasih cendol dan tekwan gratisnya pak Kapolres,” kata Dedi.
Aksi demo semakin teduh, karena tuntutan mereka agar DPRD Muara Enim mendukung gerakan aksi para buruh untuk menolak UU Omnibuslaw pun terpenuhi. Dan para pengunjuk rasa kemudian membubarkan diri dengan damai.
Penulis/Editor: Amr
