Ini Penyebab Harga Kopi Anjlok

Kepala Dinas Perkebunan Muara Enim, Mat Kasrun . Kabarserasan.com/amr

Muara Enim, Kabarserasan.com — Pandemi Covid-19 berdampak keseluruh sendi kehidupan masayarakat. Sektor komoditas pertanian seperti kopi juga tak luput terkena dampak. Harga kopi di Kabupaten Muara Enim pun anjlok. Para pengusaha kopi suit memasarkan produk. Ini tentu saja berdampak kepada petani kopi.

Salah seorang petani kopi di Semende, Hardianto mengatakan, harga kopi saat ini memang mengalami penurunan. ” Saat ini harga biji kopi kering kualitas rendah diharga Rp15-16 ribu perkilo. Sedangkan kualitas yang lebih baik dihargai pengenpul Rp.18-19 ribu per kilo gram,” kata pria yang akrab disapa Gege, Rbu (10/06/20200.

Menurut dia, harga sekarang memang jauh menurun dibanding harga normal yang bisa mencapai Rp 23 ribu perkilo. ” Dengan adanya corona ini, permintaan mengalami penurunan yang cukup tinggi,” kata Gege.

Adapun untuk pemasaran, biji kopi Semende biasanya di jual ke Lampung dan Palembang.
Sedangkan kopi bubuk juga masuk ke Jakarta dan beberapa kota besar lainnya.

Sementara Kepala Dinas Perkebunan Muara Enim, Mat Kasrun mengakui, saat ini harga setiap komoditi mengalami penurunan begitupun kopi. “Harga turun karena permintaan yang memang turun, dengan demikian stok kopi tentu melimpah,” jelasnya.

Kopi Semende dalam kemasan. Kabarserasan.com/amr

Lanjutnya, turunnya permintaan kopi dikarenakan pengusaha kopi seperti cafe cafe berhenti beroperasi dan tutup. Akibatnbya kopi yang ada pun tidak bisa dijual. “Permintaan memang menurun, namun kopi tetap ada yang membeli. Hanya saja harga jualnya yang tidak bisa dijamin stabil,” terangnya.

Saat ini berdasarkan data yang dimiliki dinas perkebunan harga kopi di tingkat petani adalah Rp15 -16Ribu perkilo dimana biasanya Rp20-21Ribu perkilo. “Itu untuk kopi Robusta, tapi kalau arabika harganya stabil sekitar Rp70 ribuan perkilo, olah basah” tuturnya.

Upaya yang sudah dilakukan Disbun yakni melakukan intensifikasi dengan membantu pemberian pupuk dan penanganan pasca panen.

Ditengah Covid 19 ini, semua hal tersebut memang tetap dilakukan meskipun permintaan menurun karena berbagai hal. “Salah satunya yang bisa dilakukan adalah tetap berproduksi karena permintaan tetap ada meskipun sedikit, dan kalau harga memang tidak bisa dijamin,” tuturnya.

Untuk saat ini, lanjutnya, Muara Enim baru mulai memasuki masa panen untuk kawasan Tanjung Agung dan selanjutnya ke daerah yang lebih tinggi yakni Semende.

Sebagai informasi, luasan lahan perkebunan kopi di Semende untuk jenis robusta sekitar 23 ribu hektar dan arabika 600 hektar. (Amr)

Advertisement

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here