Sarolangun, Kabarserasan.com—Satu dari tiga orang yang sehari sebelumnya ditangkap polisi Sarolangun, Jambi saat sedang membawa offset harimau, Kamis (22/12/2016) ditetapkan sebagai tersangka, atas nama Nur Ifda, dan kini terus menjalani pemeriksaan.
Berdasarkan pemeriksaan, Nur Ifda, sebagai pemilik offset dan akan menjual kulit hewan buas yang dilindungi itu kepada seseorang di Kota Jambi dengan harga Rp. 50 juta. Kepada petugas, tersangka mengaku telah mengoleksi offset harimau tersebut dari tahun 1995.
“Saya lagi butuh uang, makanya dibawa ke Jambi untuk dijual kepada seseorang dengan harga Rp. 50 juta. Hanya satu kali ini saja menjual offset harimau,” ujar warga Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan ini.
Dua orang lain yang ikut ditangkap, akhirnya dilepas, Karena menurut Kapolres Sarolangun AKBP Bostang Panjaitan, keduanya, berdasarkan hasil pemeriksaan, tidak terlibat langsung, Edi Yanto dan Puji Iswanto, nama kedua orang itu, hanya dipakai tersangka. (Baca: Polisi Tangkap Warga Pembawa Offset Harimau)
“Tersangkanya saat ini sudah kita amankan satu orang, yang dua dari hasil pemeriksaan kita lepas sementara, mereka tidak terlibat langsung dan kita sudah koordinasi juga dengan tim BKSDA dan juga jaksa penuntut umum,” ujar Bostang menjelaskan.
Soal surat dari BKSDA Jambi yang ditunjukkan tersangka, lanjut Bostang, setelah diteliti surat itu diterbitkan tahun 1997 dan sudah tidak berlaku lagi. Dari pemeriksaan pihak BKSDA, usia harimau yang sudah menjadi offset ini sudah dewasa dan berjenis kelamin jantan.
Tersangka dijerat dengan pasal 40 ayat (2) Jo pasal 21 ayat (2) UU RI Nomor 5/1990 tentang konservasi sumber daya akan hayati dan ekosistemnya. Dalam pasal itu disebut, setiap orang dilarang untuk menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati.
“Ancaman kurungan lima tahun penjara dan denda paling besar Rp. 100 juta,” tegas Bostang. (azi)
