PTBA Untung Rp. 2,04 Triliun di Tahun Buku 2015

Jakarta, Kabarserasan.com—Merosotnya harga batubara dunia sepanjang tahun 2015 telah membuat beberapa perusahaan batubara menutup operasionalnya. Namun tidak demikian  dengan PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA). BUMN ini justru mencetak pencapaian yang gemilang.

PTBA dilaporkan mengalami Tingkat Perolehan Laba Bersih (Net Profit Margin/NPM) sebesar 14,8%. Bahkan media massa berkelas internasional seperti Bloomberg mencatat NPM PTBA mencapai sebesar 17,84%, di mana menjadi yang tertinggi untuk industri perbatubaraan nasional.

Untuk laba kotor (Groos Profit Margin), PTBA mendapatkan persentase sebesar 30,75% dan Laba Operasi (Operating Profit Margit) sebesar 22% yang menempati urutan teratas dari seluruh industri batu bara nasional.

Dari sisi pendapatan, PTBA mengalami peningkatan sebesar 6% atau menjadi Rp 13,82 triliun dibandingkan pendapatkan tahun 2015 yang sebesar 13,08%. Dengan begitu, laba bersih yang berhasil didapatkan perusahaan ini sebesar Rp 2,04 triliun.

Perolehan laba bersih tahun buku 2015 sebesar Rp 2,04 triliun itu lebih tinggi 9,30 persen dibanding perolehan laba bersih 2014 sebesar Rp 1,86 triliun, meskipun pada saat yang sama, harga batu bara dunia terus mengalami penurunan sejak tahun 2012.

Namun, hampir secara keseluruhan kinerja PTBA tahun 2015 baik itu kinerja operasional maupun kinerja keuangan lainnya mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

Di luar pembelian batu bara sebesar Rp 1,46Juta ton, volume produksi naik 18 persen atau menjadi 19,28 juta ton dibanding tahun sebelumnya 16,37 juta ton.

Sementara volume penjualan tercapai 19,10juta ton atau naik 6 persen dibanding volume penjualan tahun lalu sebesar 17,96 persen. Untuk menghadapi tekanan dari penurunan harga batubara, perseroan mengambil langkah-langkah strategis.

Joko Pramono, Corporate Secretary PTBA mengatakan salah satu strategi yang lakukan di antaranya melakukan efisiensi di berbagai lini berupa optimasi sistem penambangan dengan elektrifikasi peralatan tambang menggunakan tenaga listrik milik sendiri.

“Seperti di Halmahera Timur di mana proyek sudah siap tetapi energi belum ada. Maka, kita upayakan optimasi elektrifikasi dengan berupaya menggunakan tenaga batu bara,” ujarnya kepada awak media dalam RUPS PTBA, Hotel JS Luwansa, Jakarta (14/4/2015).

Salah satu upaya kearah itu ialah dengan elektrifikasi peralatan dan sarana pendukung operasional penambangan di Tanjung Enim, dengan nilai total proyek sebesar Rp 2,4triliun. Di antara sarana pendukung berupa dump truck, shavel, crusher station dan overland conveyor system secara keseluruhan menggunakan tenaga listrik.

Langkah lain adalah, tambahnya, dengan mengakuisisi perusahaan jasa penambangan untuk meningkatkan volume swakelola bagioperasional penambangan.

Kemudian memprioritaskan ekspor dengan batu bara kalori tinggi melalui Market branding yang sesuai dengan kebutuhan pasar, serta melakukan terobosan pasarbaru, di antaranya ke Bangladesh dan Pakistan.

“Bangladesh dan Pakistan itu kelihatannya kecil untuk saat ini. Tetapi kami sudah mengadakan kontrak untuk klien kami di sana,” katanya.

Penulis: A Sumarna
Editor: Amr

Advertisement

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here