Karyawan PTPN VII Tuntut Gaji

Karyawan PTPN VII Cinta Manis Tagih Gaji

Ogan Ilir, Kabarserasan.com—Sekitar 300 karyawan perusahaan perkebunan PTPN VII Unit Cibnta Manis yang berada di Lubuk Keliat, Kabupaten Ogan Ilir (OI) Sumatera Selatan, Kamis (13/10/2016) siang melakukan aksi mogok kerja, dan mendatangi kantor perusahaan itu, menagih gaji yang sudah bulan kedua belum dibayar perusahaan.

Para karyawan yang tergabung dalam Serikat Buruh Perkebunan (Serbuk) PTPN VII Cinta Manis itu mengaku, mereka telah berusaha menempuh cara persuasif, dengan menanyakan secara baik-baik soal hak gaji mereka. Namun sampai kini, belum ada tanda-tanda pihak perusahaan akan membayar.

“Ya, kami menuntut gaji karyawan dapat dibayarkan oleh perusahaan. Karena tanpa gaji kami tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga” ujar Irawan, salah seorang dari karyawan yang melakukan mogok itu.

Selain pembayaran gaji, ada dua hal lain yang dituntut para karyawan, dari perusahaan budi daya tanaman karet, sawit dan tebu ini, yaitu bonus tahunan yang seharusnya mereka terima pada bulan Juni lalu. Lalu minta pihak direksi membatalkan surat SKR/ KPTS/Nomor 4 tahun 2016 yang menyebabkan uang lembur mereka dipotong yang berimbas pada penurunan pendapatan mereka Rp 800 hingga Rp 1 juta per bulan.

“Yang dilakukan perusahaan ini tidak sesuai dengan isi perjanjian kontrak. Karena di situ tidak pernah disebut ada pemotongan-pemotongan” ujar Umar, Ketua Serbuk.

Pejabat Humas PTPN VII Cinta Manis, Abdul Hamid mengatakan, pihaknya bukannya tidak memahami kondisi ekonomi karyawan, tapi memang kondisi keuangan perusahaannya sedang sulit, akibat salah satu komoditi yang dikelola PTPN VII, yakni karet, harganya sedang anjlok ke titik terendah.

“Padahal perkebunan karet merupakan lahan terbesar yang dimiliki oleh PTPN VII Cinta Manis yaitu 60 persen dari luas lahan yang ada,” katanya.

Abdul Hamid menambahkan, sebab lain adalah pada 2009 lalu ada penanaman pohon karet besar-besaran dengan harapan akan mulai berproduksi tahun 2016 ini. Namun yang terjadi, harga karet anjlok sehingga target yang diharapkan tidak tercapai. Dampaknya, kata Hamid, tidak hanya dirasakan karyawan di lapangan, tapi juga sampai level direksi (wan)

 

Advertisement

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here