Heboh Penemuan Batu Giok 20 Ton

Di Nagan Raya, batu alam itu berada di dekat aliran sungai di Gampong Krueng Isep, Kecamatan Beutong berada di kawasan hutan, belasan kilometer dari jalan provinsi dan hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama 1-2 jam.

Pekan lalu, terjadi keributan antar warga melibatkan ratusan orang, baik warga setempat maupun   pendatang. Mereka bersitegang ingin mendapatkan batu itu. Perseteruan itu cukup panas, bahkan ada yang membawa senjata tajam segala. Pertikaian fisik nyaris terjadi jika tak cepat diamankan  polisi, yang kemudian mengamankan lokasi, dengan memasang police line. Alhasil,  batu yang ditaksir berbobot 20 ton itu tetap berada di tempatnya.

Pemkab Nagan Raya mengeluarkan keputusan, warga tidak diizinkan mengambil batu. Alasannya untuk mencegah kerusakan lingkungan. Batu giok Aceh ini memang bernilai tinggi. Bila sudah digosok dan sudah jadi, harganya bisa mencapai jutaan bahkan miliaran rupiah. Tak heran, ada orang yang rela datang dengan membawa senjata tajam, sebagaimana diceritakan di atas tadi.

Adalah warga bernama Usman (45) yang pertama sekali melihat batu ukuran raksasa tersebut, saat ia  mencari batu bersama sejumlah warga lain. Mata Usman tak sengaja melihat benda ukuran besar yang tertutup dedaunan. Lokasinya di dalam hutan lindung yang tumbuh aneka pohon.

Rasa penasaran Usman timbul. Ia bersama temannya kemudian mendekat dan membersihkan daun sehingga terlihat batu besar. Warga memperkirakan ukuran batu seberat 20 ton. Di dalamnya ada giok solar, idocrase dan neon. Ketiga jenis batu ini memang paling digemari masyarakat saat ini.

“Usman sudah sekitar setahun lebih mencari batu tapi gak pernah dapat yang bagus. Yang 20 ton ini dia yang dapat pertama,” kata Kamaruzzaman, seorang warga, sebagaimana dikutip dari detikcom, Selasa (17/2/2015).

Usman bersama sejumlah rekannya tidak mengambil batu tersebut karena sudah ada aturan dari pemerintah yang melarang warga menambang. Siang hari, datang sejumlah warga desa tetangga mengajak kerjasama membelah batu tersebut. Usman menolak.

Pada malam hari, warga Desa Pante Ara mendapat informasi tentang adanya sejumlah warga yang berusaha mengambil batu. “Malam itu kami juga datang ke lokasi untuk mengamankan batu agar tidak ada yang ambil. Sampai sekarang batu masih dijaga,” jelasnya (Junel)
 

 

 

 

Advertisement

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here